Selasa, 03 Januari 2012

Busana rimpu masyarakat Bima ( cadar ala Bima )



Rimpu merupakan sebuah budaya dalam dimensi busana pada masyarakat Bima (Dou Mbojo). Budaya "rimpu" telah hidup dan berkembang sejak masyarakat Bima ada. Rimpu merupakan cara berbusana yang mengandung nilai-nilai khas yang sejalan dengan kondisi daerah yang bernuansa Islam (Kesultanan atau Kerajaan Islam).
Rimpu adalah cara berbusana masyarakat Bima yang menggunakan sarung khas Bima. Rimpu merupakan rangkaian pakaian yang menggunakan dua lembar (dua ndo`o) sarung. Kedua sarung tersebut untuk bagian bawah dan bagian atas. Rimpu ini adalah pakaian yang diperuntukkan bagi kaum perempuan, sedangkan kaum lelakinya tidak memakai rimpu tetapi ”katente” (menggulungkan sarung di pinggang). Sarung yang dipakai ini dalam kalangan masyarakat Bima dikenal sebagai Tembe Nggoli (Sarung Songket). Kafa Mpida (Benang Kapas) yang dipintal sendiri melalui tenunan khas Bima yang dikenal dengan Muna. Sementara sarung songket memiliki beberapa motif yang indah. Motif-motif sarung songket tersebut meliputi nggusu waru (bunga bersudut delapan), weri (bersudut empat mirip kue wajik), wunta cengke (bunga cengkeh), kakando (rebung), bunga satako (bunga setangkai), sarung nggoli (yang bahan bakunya memakai benang rayon).



Rimpu ada beberapa model, diantaranya:

1. Rimpu Mpida, merupakan rimpu khusus gadis Bima atau gadis yg belum berkeluarga. Model ini jg sering disebut cadar ala Bima, Dalam kebudayaan masyarakat Bima, wanita yang belum menikah tidak boleh memperlihatkan wajahnya, tapi bukan berarti gerak-geraknya dibatasi.



rimpu mpida ala gadis bima ( mbojo )


2. Rimpu Colo, kalau yang ini rimpu buat ibu-ibu atau wanita yang sudah berkeluarga. wajahnya sudah boleh diperlihatkan. sampai saat ini, Di pasar-pasar tradisional, masih bisa ditemukan ibu-ibu yang memakai rimpu dengan sarung khas dari Bima yaitu 'tembe nggoli'.

rimpu colo 

Dan keberadaan rimpu ini sendiri masih ada dan tetap di jaga oleh masyarakat bima terutama penduduk yang belum tersentuh oleh budaya modern, meskipun generasi muda saat ini sudah jarang menggunakan rimpu karena seiring perkembangan zaman yang seakan menelan hidup-hidup budaya rimpu.